Hadiah Untuk Helena
![]() |
awal bisnis baru begitu susah |
Dia telah menyerobot seorang Pria menikah, dan risikonya, sekarang harus menjalankan bisnis sendiri untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
Itu memang menyedihkan, sering saat menjelang tidur, dipandangi Yansen dan Niki anaknya. Mereka biasa hidup sendiri di ruang itu waktu kecil, selalu bermain bersama babysitter dan sekali waktu keluar bermain untuk mengenal dunia luar.
***
Resiko itu telah nyata di alami Helena, dan dia hanya mencoba untuk bertahan, karena hidup ini harus tetap berlangsung.
“Apa yang membuat Helena kuat untuk menghadapi kehidupannya?”
Seperti tidak ada yang mampu
menolong dirinya saat ini, dan hidup semakin sulit karena banyak perubahan yang
datang dan pergi.
Hal yang sejak awal dalam kehidupan
berumah tangga, sebenarnya adalah dia ingin ada anak-anak yang nantinya bisa
meneruskan bisnisnya. Karena dalam kehidupan adalah seperti yang lain,
mengharapkan laki-laki bertanggung jawab di era global.
Helena,
meskipun terpelajar, tetapi dia mendapatkan ide gila dan itu
direalisasikan. Dia mempelajari bahwa kebanyakan mereka dalam persimpangan, dan
sering jika mereka berbinis kurang tangguh, atau bahkan pada akhirnya menjadi
pengangguran. Karena itu, memilih Bagyo sejak awal, bahkan menjeratnya, adalah
hal yang dianggap paling baik saat itu meskipun dia harus menanggung resiko
untuk hidup sendiri.
Adalah sebuah keputusan yang harus
di ambil dari ide gila itu, dan saat itu bulan di atas jendela
dan Helena berbisik padanya, “Apa yang terbaik yang harus saya lakukan Hai Bulan!”
dan Helena benar-benar dalam sepi. Hanya sebuah ingatan yang muncul di
pikirannya bahwa sebenarnya selalu ada satu hal yang berada dalam kendali penuh
manusia mutlak dan itu adalah sikap manusia itu sendiri. Karena itu, Helena
yakin dengan sikapnya dan berharap dalam keberuntungan.
.
.
Helena
hanya berfikir kedepan saat memulai bisnis, dan mencoba mengembangkan karena
dia semakin yakin bisa memiliki kemampuan bisnis
semuanya.
Sebuah
pelajaran dari Bagyo saat itu
yang di ingat betul bahwa, “Ketika kondisi
ekonomi miskin
orang melihat kesempatan untuk membangun bisnis baik karena mereka memiliki
sedikit pilihan, atau mereka melihat kesempatan untuk meraih pangsa pasar
sementara yang lain keluar.”
Hal
yang selalu di pakai, sesuai sarannya, maka dia pergi di Facebook
dan melihat teman-teman memulai perusahaannya untuk memiliki kehidupan yang
hebat, dan keduanya sedalam diinvestasikan dalam bisnis berada dalam komitmen
untuk satu sama lain.
Jiwa itu
tumbuh
bagi Helena yang tidak ingin menyesali apa pun, karena itu dia tidak ingin
melihat ke belakang .
Kekuatan
telah di bentuk dan karena itu dia ingin hidupnya berarti sesuatu
sebelum menanggung kehidupan lain.
Ini
adalah bagian penting dari sistem
nilai
dan dia merasa telah mencapai tonggak penting sebelum mengambil tugas
membimbing kehidupan lain.
Dia
juga ingin memiliki kebebasan untuk mengendalikan
jadwalnya sendiri, dan seluruh fokusnya dalam hidup ini adalah dalam membuat
perusahaan tumbuh, memecahkan hambatan, dan membuat dampak positif.
Ada konflik
dalam pikiran Helena sejak saudara dari Jawa datang berkunjung, anak-anak
mereka merasa sangat bergembira bermain bersama, tetapi waktunya hanya sedikit
dan mereka telah pulang.
.
.
“Mama, kapan kita mengunjungi
kakak!” Yansen bertanya. Helena, dengan pikiran yang melayang, “ya…! Nanti saat
liburan sayang..!” “ Mengapa Ayah jarang datang kesini … mestinya kita
kan bisa pergi-pergi seperti teman-temanku? “ “ Iya sayang… Ayah
kan mencari uang untuk kita, untuk makan, untuk keperluan sekolah dan beli
baju!” “Kan baju Yansen dan Niki sudah banyak! … Pokoknya aku
ingin Ayah pulang…!” “Begini sayang, nanti kalau nilai
sekolahnya baik, kita pergi kesana saat liburan… ya !” Yansen mengangguk
dan Helena memeluk anaknya dengan penuh rasa haru dan cemas.
“Apa yang harus dilakukan Helena
sehari-hari dalam kesepian itu?”
Sebuah kesibukan yang telah membuang
pikiran buruk, dan dengan mengelola tiga buah kafe dan sebuah Mini market,
tampaknya telah mampu menghalau masalah kecil yang sering muncul tidak di
undang.
Helena
seorang yang teguh dalam prinsip, dan sekarang benar-benar menjadi nyata bahwa bisnisnya
telah berjalan dengan baik. Dia ingat saat awal, bisnis itu di buka oleh Bagyo
dan mulai dengan pikiran baru. Dia hampir tidak bisa mengendalikan itu semua,
tetapi Bagyo meskipun mengarahkan dari jauh, telah membuatnya bersemangat
dan menjadi sukses. Bahkan Bagyo tidak mau menerima kembalian pinjaman atas
modalnya saat Helena telah sukses. Padahal jumlah uang itu itu sangat besar
baginya.
Hanya sebuah rasa haru telah
menyelimuti hatinya, “ Tidak sayang.. uang itu semua menjadi milikmu, dan
simpanlah untuk anak-anak!”kata Bagyo. Dan Helena menerima itu, karena ketika
datang ke Jawa, dia tahu betul bahwa Tumini dan Meilan masing-masing
memiliki tiga Mini Market yang semuanya dari Bagyo.
Kehadiran Tumini
dan Meilan beberapa hari telah membuka pikirannya, “Apakah dia juga
menderita seperti dirinya?” “Bagaimana hidup dalam satu rumah dengan Meilan
yang selalu tidak mau mengalah?”
“Apakah Bagyo cukup bahagia hidup
bersama mereka?”
“Siapa yang menyediakan Kopi
kesukaan Bagyo dan makan sarapan pagi?”
Dan pikiran buruknya muncul, “Apakah
Bagyo mencari lagi istri baru yang lebih cantik darinya?”
Itu adalah pikiran Helena
dalam sela-sela kesepiannya. Bahkan dia memandang Tumini yang tetap cantik pada
usianya dan memiliki sosok keibuan meskipun dalam beberapa hal sangat
keras.
.
.
Helena semakin tenggelam dalam
perasaan yang dalam saat Tumini memberikan baju, tas, pakaian anak-anaknya dan
berkas Asuransi
untuk dirinya serta Asuransi sekolah anak-anaknya sampai perguruan tinggi yang nilainya sangat
besar.
Karena itu Helena semakin mengerti
terhadap Tumini, seperti seorang Ibu yang sangat luar biasa itu.
Apalagi, ketika akan pergi melancong dangan semua anak-anak itu dia menyeret Meilan untuk menemani keluar dan meninggalkan Bagyo di rumah bersamanya.
Itu seperti hadiah bagi Helena dari Tumini, tentang sebuah pemandangan kehidupan manusia yang selalu tidak sama, meskipun semua ingin hidup bahagia. Ternyata mereka ingin hidupnya bermakna , dan mereka ingin mendapatkan itu seimbang dan sehat.
Apalagi, ketika akan pergi melancong dangan semua anak-anak itu dia menyeret Meilan untuk menemani keluar dan meninggalkan Bagyo di rumah bersamanya.
Itu seperti hadiah bagi Helena dari Tumini, tentang sebuah pemandangan kehidupan manusia yang selalu tidak sama, meskipun semua ingin hidup bahagia. Ternyata mereka ingin hidupnya bermakna , dan mereka ingin mendapatkan itu seimbang dan sehat.
Sekian, Terima kasih telah membacanya!
djokobi
Tidak ada komentar :
Posting Komentar