Misteri di Keluarga Tumini
Setiap kehidupan berumah tangga hampir tidak pernah sepi dengan masalah, seperti ombak yang datang dan menyelinap membawa sebuah misteri yang tidak pernah bisa diperhitungkan.
Sore itu di rumah Tumini ada
pertengkaran yang keras antara Meilan dan Istri favorit Bagyo, Lolita.
***
Sesuai rencana, setelah Tahun
kemarin dengan Tumini, maka gilirannya tahun ini yang di ajak Bagyo adalah
Meilan. Tetapi Lolita memaksa untuk ikut ke Australia, sehingga Tumini
agak bertindak keras pada Lolita.
Dan pagi itu Bagyo berangkat bersama
bersama Meilan , Lolita mengurus Kantor bersama Helena dan Tumini
menghadiri rapat sesuai yang di rebcabakan.
.
.
![]() |
Lagi susah....! |
Tumini langsung menghentikan
mobilnya dan belok kesebuah Kafe, dan benar jika harus pulang kerumah, mungkin
saja tubuhnya tidak kuat dan pasti tidak akan sampai kerumah dengan utuh.
“Tetapi aku harus kuat, dan itu
harus karena anak-anak masih memerlukan bimbingan”pikiran nya seperti
memaksanya.
“Aku harus minta tolong siapa?
Pikiranku masih waras, tetapi tubuhku kurang mampu menahan gejolak ini.”
“Jika harus memberitahu orang rumah,
maka mereka pasti sangat ribut, dan masalahnya semakin meluas.”
Ada lintasan pikiran yang tipis
lewat angan-angannya dan mungkin itu baik, adalah memberitahu Mbak Lucia.
“Apa yang harus aku lakukan?”
Tumini dengan sisa tenaganya mencoba
menghubungi Lucia, kemudian, “Kakak…! Aku minta tolong..! Aku ada di Kafe…
Bisakah menjemput aku? Dan seterusnya ..titik.
Itulah salah satu kesibukan Bram dan
Lucia siang itu, membawa Tumini dalam keadaan tidak sadar dari sebuah Kafe, dan
membawa pulang. Keluarga itu menjadi sangat sibuk untuk mengurus
Tumini kemudian segera menghubungi Dokter pribadinya untuk datang
ke rumah.
Tumini, mungkin terlalu lelah, dan
karena itu di beri suntikan obat penenang untuk istirahat.
Ketika bangun Pagi itu, “Aku ada
dimana?”
“Dik engkau ada di rumahku…!” ucap Lucia yang ada di dekatnya sambil merajut benang untuk baju hangat.
“Dik engkau ada di rumahku…!” ucap Lucia yang ada di dekatnya sambil merajut benang untuk baju hangat.
Tumini saat itu tersenyum, Terima
kasih Kakak…! Telah menolongku…!” Lucia hanya tersenyum saja untuk
membalasnya.
Dilihatnya mulai terang, dan Tumini
kagum pada Lucia. Seperti kegiatan yang sering dilakukan dulu oleh ibunnya.
Dan pernah di jelaskan olehnya,
bahwa ada beberapa cara atau gaya merajut knitting. Tetapi Tumini kurang telaten
sehingga kurang memperhatikan. Padahal yang sebenarnya hanya dibedakan oleh
cara memegang benang. Yang paling banyak digunakan adalah English style dan
Continental style.
.
Tumini larut dengan kenangan saat
bersama Ibunya, bahwa merajut pada English style, benang dipegang dengan tangan
kanan, dan yang aktif mengaitkan benang adalah tangannya. Pada Continental
style, benang dipegang dengan tangan kiri, dan yang aktif mengait benang adalah
jarum rajutnya.
Dan Ibunya memang memilih yang
paling nyaman untuk mengisi waktu. Itu biasanya Ibunya pada hal pertama yang
dilakukan sebelum mulai merajut adalah membuat simpul awal / slip knot, untuk
memulai tusukan permulaan / cast on.
“Mbak, aku ingat Almarhumah Ibuku,
yang telaten merajut benang seperti Mbak Lucia! “
“Dulu Ibuku sering merajut, ketika
menungguku bermain.” Katanya.
Lucia tertawa, dan berkata, “Iya Dik…! Ini kan hanya mencari kesibukan kecil biar pikiran tidak
kemana-kemana..!” katanya.
Sebenarnya Tumini masih agak lemas,
memandangi Lucia dan semakin terang melihat sekelilingnya dan dengan
perlahan bangkit dari tempat tidur itu terus duduk di sebelah Lucia.
“Sudahlah Dik, Istirahat saja dulu,
buat santai agar kesehatanmu benar-benar pulih!” katanya.
“Enggak kok Mbak…! Sudah enak
badanku” katanya.
“Ayo…! Kita terus sarapan saja..!
“Kata Lucia.
“Iya Mbak ..! Aku mandi
sebentar…!” kata Tumini.
![]() |
Memang secara nyata itu ada, tetapi
dalam rasa seperti hambar pada usia yang semakin tua.
Karena banyak hal-hal yang datang
pada pikirannya, sejak kehadiran Meilan, dan terus berlanjut dengan Helena dan
Lolita.
Sama dengan perasaan perempuan yang
lain dalam hidup poligami, rasa sakit yang di pendam bahkan harus diterima
dengan tersenyum.”
“Adakah Bagyo merasakan juga hal
seperti ini?”
“Apakah dia juga merasakan ada yang
hilang?”
“Atau bahkan aku sendiri yang
terlalu egois untuk menghadapi semua masalah itu dengan kurang bijaksana?”
Tetapi dalam hati Tumini sebenarnya
telah bersyukur dalam perjalanan hidupnya sampai hari ini, karena banyak yang
di dengarkan di luar sana, bahwa ada banyak Suami Poligami yang sewenang-wenang
dan telah menterlantarkan istri dan anak-anaknya dan bahkan ada yang tidak mau
mengakui anaknya.
Lalu, “Siapa orang yang bisa
memberikan pencerahan hati ini?”
Itu adalah gelombang masalah telah
singgah di kehidupan Tumini dan benar dirasakan seperti sebuah penderitaan yang
terus-menerus beruntun menimpa dirinya.
Semua tahu bahwa pada kenyataannya,
istri Bagyo yang lain, telah datang satu-persatu dan terus merampas semua harta
yang ada dalam hatinya, yaitu yang namanya Cinta yang mulai luntur dan kini
benar-benar membawa luka yang dalam.
“Apakah benar..! Seperti yang
disampaikan Anaknya, bahwa dia sudah kehilangan senyum yang tulus seperti ketika
hidup miskin di masa lalu di Desa yang sunyi dan gersang itu?”
Selesai sarapan, Tumini dan Lucia
duduk di ruang keluarga dan berbicara santai tentang banyak hal. Bram datang
dan duduk di hadapan mereka, hanya diam di tempat itu, dan menuliskan saran
Dokter saat itu, dipelajari dan mencari solusi terbaik untuk kesembuhan Tumini.
Kemudian memberitahu, “Dik Tumini, sesuai saran Dokter, maka Engkau harus
istirahat selama dua minggu, dan sebaiknya itu di ikuti saja! “ katanya.
Memang kegiatan bagi pebisnis,
sering menyita waktu, tenaga dan pikiran dan seharusnya berbagi waktu untuk
memberi arahan pada pemula, dan mengelola bisnis sendiri yang kadang tak kenal
waktu. Apalagi karena alergi parah yang diperburuk dengan kelelahan
“Tidak Kakak…! Aku merasa
sangat baik sekarang karena sudah beristirahat cukup setelah tidur
semalaman“ "Ya…! Ternyata aku gagal menjaga kesehatanku karena aku
pikir bisa melakukan segalanya karena aku punya kemauan yang kuat. Tapi, secara
fisik sangat sulit ketika datang kegiatan bersamaan tanpa peduli dengan
kesehatanku," sambungnya.
Lucia menambahkan, “Dik …! Yang
baik, istirahat saja, bagaimana kalau di Hongkong atau
Singapura! Nanti aku antar!” katanya.
Tumini diam dan memandangi
mereka, karena harus menunda jadwal yang telah ditetapkan.
Bram, yang tahu situasi, saat itu
tertawa dan berkata, “Bagyo, saat ini masih di Australia sampai Minggu depan
untuk mengikuti pertemuan rutin pengusaha, sehingga tidak dapat di ganggu.”
“Oh ya..! Tadi saya sudah
memberitahu Lolita, agar segera kesini! Paling sebentar lagi sudah sampai”
katanya.
Tumini masih diam ketika itu, dan
sepertinya ada yang dipikirkan, “Mengapa Bram memanggil Lolita
seperti pada keponakannya sendiri?”.
“Bigini saja, Semua pekerajan di
serahkan pada Lolita dan Helena, dan nanti saya yang mendampingi…!" ucapnya.
Ketika itu Tumini merasa telah
menemukan solusi, dan tersenyum, “ Terima kasih Kakak…!”
“Kakak, aku boleh bertanya
sedikit tentang Nyonya Liu?” ucap Tumini.
.
“Ingin tahu tentang dia… !” katanya
sambil tertawa.
“Ah Kakak… kok menggoda
terus..!” kata Lucia.
.
“Dik Tumini, Nyonya Liu itu,
sebenarnya memang Ibu kita, setelah
Ibuku dan Ibunya Bagyo tidak
ada..!.. Dia itu sebenarnya adalah Istri Ayahku yang ke tiga dan memiliki dua
anak perempuan dan dua anak laki-laki”
“Yang sulung, ada di India, yang
nomor dua ada Thailand, nomor tiga perempuan di Perancis dan Nomor empat
Perempuan, telah meninggal dunia, ya ibunya Lolita itu”
“Jadi… ! Dia itu cucunya ..? “ kata
Tumini hampir tak percaya.
“Ya begitulah yang ada, dan Nyonya
Liu Bisnisnya sekarang memiliki jaringan kuat, bahkan kalau kita dalam masalah,
maka dia selalu tahu!” Katanya.
.
.
Pikiran Tumini mengembara
kemana-mana saat itu, dan dia sama sekali tidak tahu tentang Bagyo, Suaminya
itu. Anak orang kaya yang hidupnya seperti terlantar, dan dia memilih memulai
bisnis merintis dari bawah.
“Lolita ceritanya bagaimana Kakak…!”
Tanya Tumini.
Bram yang paling tua di keluarga
besar itu menjelaskan “Lolita itu sebenarnya waktu kecil ada di rumah Nyonya
Liu dan dia adalah cucu yang paling cantik, paling mbandel dan paling manja
saat itu, sehingga sering dihukum.”
“Kalau Helena bagaimana mas…!” Kata
Tumini.
“Sebenarnya juga sama seperti
Lolita, hanya saja Helena itu anak dari saudara suami Merina, anak Nyonya Liu
yang ada di perancis itu. Sedangkan Helena dan
Lolita itu waktu kecil juga di rumah Nyonya Liu, hanya saja Helena itu penurut,
sehingga tidak pernah di hukum.
“Jadi… ! Jadi…! Benar itu
semua..! “ kata Tumini hampir tak percaya.
Lolita siang itu telah datang
mengangguk pada Bram dan Lucia, dan terus memeluk Tumini dan matanya
berkaca-kaca seperti mau menangis. “Ada apa Mbak Tumini…!.. Maaf aku
datang terlambat..! katanya.
Dia memandangi Bram dan seperti ada
yang akan dikatakan, tapi tidak berani.
“Ada apa Lolita…!” kata Bram
sambil tertawa.
“Semua pekerajan saya serahkan Mbak
Helena, tetapi Niki, Donny dan Dimas kan masih magang di tempat yang baru di
buka itu, sehingga saya meminta untuk menunggunya”
“Paman… Eh…! Kakak …!.. Aku tadi
sebelum kesini, dihubungi Nenek Liu, dan dimarahi habis-habisan! Katanya, Aku
Istri paling Cengeng sedunia..! “ katanya.
“Kemudian apa katanya?”
“Dulu waktu kecil, kamu menyusahkan
Nenek, dan sekarang, kamu menyusahkan Tumini! Kamu sekarang harus berubah!
Kalau tidak! Jatahmu saya tahan!” katanya.
“Ha…! ha…! Ha…!” Bram tertawa agak
keras. “Bukankah itu sudah tepat tindakan Nenekmu itu!”
Lolita Cemberut memandangi Bram, dan
Bram hanya tersenyum.
Tetapi Tumini, mungkin agak gemas
dan mencubitnya, “Aduh…! Sakit Mbak…!”
“Ya biar…! “Mumpung ada Kakak, …
Jatahnya sama… bahkan ada tambahan dari Nenek Liu, tetapi tabungannya paling
kecil sendiri yang masuk tiap bulan!” kata Tumini.
“Kakak, saat ini aku baru
tahu! Helena setiap bulan ada tambahan dari lain-lain ya
cukup besar! Apa itu juga jatah dari Nyonya Liu! Iya kan mas…!
“ Kata Tumini.
“Iya..! “ kata Bram sambil
mengangguk, mendengar ucapan Tumini.
Di kursi itu Bram lalu ketawa sambil
memandang Lolita, dan seterusnya mengatakan,”Lolita, itulah salah satu tugas
Nenekmu, Beliau kan hanya mengarahkan untuk kebaikan. Karena itu sebaiknya
diterima saja, dan yang lebih penting segera diperbaiki tentang apa yang
salah!” katanya.
Lolita menganggukkan kepalanya,
memeluk Tumini lebih erat dan berbisik,”Maaf, Kakak ....!”
Bram menghela napas agak dalam dan
berkata, “Aku dan Bagyo, saat ini menjadi orang tua kalian semua, dan
sebenarnya sering bertukar pikiran!”
“Dan , Mengapa Bagyo tetap tidak mau
menggunakan bagiannya hartanya itu?”
“Itu adalah salah satu sebab karena
memikirkan semuanya agar nanti sampai anak-anaknya bisa mandiri, masih memiliki
sedikit harta warisan untuk kamu dan anak-anak semua.” Kata Bram.
Tumini, seperti terkesima atas
ucapan Bram, dan pikirannya berjalan ke masa lalu. Dan Bagyo mengajak hidup
bersama dan sangat miskin di Desa, tetapi dia sangat keras untuk mencari uang
dengan susah payah. Dan dia baru tahu ini semuanya bahwa dia benar-benar
memikirkan masa depan.
“Jadi semua biaya untuk membangun
rumah besar itu dan biaya sekolah anak-anak juga dari tabungannya Kakak..!” ucap
Tumini.
“Iya…! Dia hanya mengambil bunganya
saja bahkan berlebih” Jawab Bram.
"Apa ....! Mengambil bunganya
saja...!" ucap Tumini.
"Iya...! Dia, setiap bulan
menabungnya kembali dan di kumpulkan sediri.!" kata Bram.
Hari itu seperti ada perubahan besar
pada perilaku Lolita seperti mengingatkan pada anaknya sendiri Jessica yang
selalu memeluknya jika ada masalah.
.
.
“Apakah Lolita benar-benar akan
berubah?”
“Apakah Meilan hal ini sudah tahu?”
“Bisakah mereka berdua berdamai
sehingga tidak selalu ribut di rumah?
Tumini memang sedikit bingung
setelah mendapat penjelasan Bram, tetapi hal ini semakin jelas dan memang
jarang terjadi pertengkaran antara Helena dan Lolita.
Hari itu Tumini memutuskan untuk
libur di tempat Nyonya Liu di antar oleh Lucia dan setelah seminggu akan
menyusul anaknya di Singapura.
Seperti misteri di keluarga Tumini, dalam kehidupan nyata adalah mirip
dengan yang lainnya, dan semua orang telah di uji dengan berbagai persoalan.
Mereka memang selalu bergulat dengan masalah tetapi tidak selalu segera selesai, karena penyelesaiannya akan datang seiring dengan perjalanan waktu.
Sekian, Terima kasih
telah membacanya!
djokobiz
Tidak ada komentar :
Posting Komentar