Rabu, 26 Desember 2012

Kerajaan Bisnis Nyonya Liu

Kerajaan Bisnis Nyonya Liu
Kerajaan Bisnis Nyonya Liu
Mulai bisnis tidak selalu mudah, Begitu juga Nyonya Liu, mulai dari belajar dari lika-liku kehidupannya sejak kecil,  tumbuh menjadi seorang pengusaha sukses.

Sejak bertemu Pria Tampan BKP Sastro Manggolo, dia telah pintar Ber-Inovasi lalu mulai melangkah untuk mengembangkan bisnis keluar negeri.
***

“Siapakah Nyonya Liu itu?”
Tampaknya, ketika bisnis di Hongkong mulai surut, Nona Liu disuruh Ayahnya  bermain ke Indonesia kerumah pamannya di Pasar Minggu untuk belajar.

Dia hanya seorang gadis biasa, lugu, pandai berbahasa Indonesia agak celat karena belajar bahasa Indonesia di Hongkong.
Seperti anak muda lainnya, Rasa ingin tahunya sangat luar biasa, sehingga dalam waktu singkat hampir seluruh Jakarta telah dia kenal dengan baik. Tetapi kehadirannya memang menarik sebagian besar pemuda karena berpenampilan menarik dan praktis. Gadis cantik itu menggunakan sepatu pendek, dengan tinggi kira-kira 170 cm, memakai celana panjang, kaos oblong, dengan gaya rambut Ekor kuda, memakai topi olah raga dan mengenakan jaket tipis tidak di kancing. 

Sepertinya pikirannya cerdas dan telah terbuka , karena itu sebelum pulang  ke Hongkong, masih ada satu tempat yang belum di kunjungi, yaitu Tugu Monas.

Rencananya hari itu jam 7.00 malam  akan pulang ke Hongkong sesuai Tiket yang dipesannya, tetapi pagi itu, meskipun hujan rintik rintik, rasa ingin tahunya telah memaksa untuk datang ke Tugu Monas.

Dia waktu itu benar-benar kagum, sesuai  dengan berita yang telah di bacanya. Benar memang didalam nya ada kemegahan yang luar biasa, bahkan saat ada di atas, bisa melihat keluar. Yang dirasakan saat itu dia semakin ingin tinggal lebih lama, dan benar dia seperti tertahan di di tempat itu.

Sebenarnya itu hanya sebuah kecerobohan saja, sehingga terlambat untuk ke Bandara karena jalanan macet yang belum diperhitungkan, maka Tiket pesawat terbang untuk Nona Liu akhirnya hangus.

Apa yang harus dilakukan?
Bagaimana dia bisa mendapatkan uang agar bisa membeli tiket pesawat untuk pulang ke Hongkong?

Entah karena merasa putus asa, akhirnya sisa uang sedikit itu harus di hemat, sambil berusaha mencari perkerjaan.
Hari berikutnya dan diangapnya tepat, maka terbaik adalah mendapatkan rumah makan yang enak masakannya, bersih dan terajangkau harganya.

Meskipun itu bukan uang terakhirnya, Nona Liu berusaha menikmati saat makan siang di Kafe Monas di seberang Tugu Monas itu dengan menu kesukaannya. 

Dia tidak tahu bahwa di seberang mejanya ada orang duduk untuk memesan makanan. Dia adalah orang Kaya, tetapi memang suka makan di tempat itu. Namanya Tuan Sastro Manggolo dan sejak duduk di tempat itu itu selalu memandangi Nona Liu. Hal yang sangat aneh telah dilakukannya, dan entah beberapa kali dia memandang Nona Liu sehingga dia merasa terganggu.  

Tetapi dasar Nona Liu yang mudah marah, maka di datangi orang itu dengan berani dan kemudian duduk di hadapannya.

“Mengapa Bapak memandangi saya begitu lama?”
Orang itu tidak menjawab, dan pikiran Tuan Sastro Manggolo, “Anak ini benar-benar sangat cantik meskipun sedang marah!”.  Sekali lagi Nona Liu bertanya,“Apa aku ada yang salah?” Katanya.
Orang itu tetap tidak menjawab.  Karena itu dia seketika marah, “Bapak .. jangan memandangi saya terus..! Itu telah mengganggu privasi saya! …tahu …!  “ suara Liu agak keras dan berdiri untuk meninggalkan orang itu.
Tetapi PriaTampan itu dengan cepat memegang tangannya dan berkata,”Nona, Maa’kan saya…duduklah…! Nanti aku beri penjelasan! “ katanya.

Orang itu langsung memanggil pelayan, “Tolong layani Nona ini apa yang paling di sukai, dan saya yang bayar..!”
Saat itu Nona Liu memandang dengan tajam pada orang itu, 

“Mengapa dia menghambatnya untuk pergi?” “Apa ada yang ingin di katakan tetapi masih ragu-ragu?” “ Atau dia hanya pria tampan dengan kumisnya rapi itu hanya iseng?” pikirnya.

Sepertinya Nona Liu merasa bersalah, dan berkata, “Ma’af  atas tindakanku yang kurang baik” katanya pendek. Dan pada waktu itu pikiran Nona Liu sangat kalut dan memang sedang berperang, karena yang terpikirkan adalah harus mencari pekerjaan untuk mendapatkan uang.

“Apa yang Anda lakukan jika terjadi seperti Nona Liu?”
“Bisakan Anda mencari jalan keluar yang lebih baik?”
Di seberang Nona Liu saat itu memang tampak Tugu Monas yang menjulang tinggi, dan setinggi itu kira-kira tingkat ketegangan dalam pikirannya untuk mengurai persoalan yang sedang dihadapi dan harus menemukan solusi yang tepat.

Beberapa saat dia memandangi lagi Tugu Monas itu, dan seperti membuat pikirannya menjadi lebih segar. “Mengapa ketika ingin marah dan seperti ada yang menahan?”
 “Mengapa waktu didalam Tugu Monas itu seperti ada yang telah menahan dirinya?”
 “Apakah Tugu Monas yang megah itu mengandung sebuah misteri?” dan banyak lagi pertanyaan yang belum bisa di jawab dalam pikirannya.
.
Tuan Sastro Manggolo tersenyum saat itu, dengan penampilan yang menawan dan kepandaiannya berkomunikasi, akhirnya telah mendapatkan solusi yang tepat, sehingga setelah itu, sepertinya mereka menjadi akrab. Mereka saling pandang dan sepertinya saling melempar senyum.  

Itu adalah kelebihan Tuan sastro Manggolo, dan benar-benar menjadi idaman setiap wanita. Dia, meskipun tak sempurna, kenyataannya memang hampir siapapun gadis yang melihatnya seperti pria yang sempurna.  

Tampak mereka terbuai tentang sebuah percakapan bisnis dan mereka berdua seperti kawan lama.
Itulah pikiran yang cerdas telah di ikuti tindakan Nona Liu dengan tepat, maka dia menyampaikan bahwa ingin bekerja untuk mendapatkan uang untuk pulang ke Hongkong. 

Dilihatnya, bahwa penampilan Nona Liu memang berbeda, dan secara fisik meskipun bukan yang utama, tapi tak bisa di pungkiri bahwa dia benar benar cantik dan menawan.
.
“Sebentar Nona, Apa benar Nona ingin bekerja?”
“Ya..! Tuan, Ayahku seorang pebisnis di Hongkong, dan aku sering membantunya!” katanya.
“Apa kamu pernah menjaga Toko milik Ayahmu”
“Ya Tuan..! Jika Ayah sedang mengurus barang keluar kota, maka beberapa minggu aku yang menggantikan!”
“Hem…! Ini adalah kebetulan Nona, saya punya Mini Market baru dan belum ada yang menjalankan, Maukah Anda bekerja di tempatku?”

Tanpa pikir panjang, akhirnya Nona Liu menerima tawarannya dan sore itu dia langsung diajak meninjau tempatnya.
Mereka berkeliling di dalam  Toko baru itu yang cukup besar memeriksa semuanya,”Andaikan aku memiliki toko seperti ini, alangkah senangnya hati ini” pikirnya.

Selanjutnya dia menuju lantai atas, memeriksa satu-persatu, dan ternyata ada lantai atas untuk menyimpan barang dan sebuah kamar untuk beristirahat dan cukup rapi dan bersih dengan fasilitas AC dan kamar mandi.
.
Sementara itu Tuan Sastro Manggolo ada di lantai bawah dan membayangkan, “Anak ini benar-benar cantik” dan hanya itu yang ada di pikirannya. Sebenarnya dia orang kaya, sangat baik, senang memperhatikan orang lain. Tetapi kelemahannya, ketika bertemu wanita cantik, maka dia berubah menjadi semakin bersemangat.

Setelah Turun, Nona Liu tersenyum dan berkata,”Tuan, sepertinya semua peralatan sudah komplit, dan tinggal meletakkan barang-barang di sini agar terlihat menarik dari luar!” katanya.
Tuan Sastro Manggolo tersenyum, “Nona, jika Anda mau, di atas tadi ada kamar untuk tinggal, dan Anda bisa menggunakannya setelah kerja selesai.” Katanya.

Hari demi hari Nona Liu mulai bekerja di tempat itu di bantu empat orang karyawan perempuan dengan seragam rapi, mengatur barang-barang dagangan pada tempat yang strategis, melayani pembeli dengan senyum, dan ternyata pengunjungnya menjadi semakin ramai.
Kesungguhannya memang tidak sia-sia dan seperti biasa, sesuai yang diajarkan Tuan Sastro Manggolo, saat untuk melakukan pengecekan barang agar tahu mana yang kurang dan yang belum terjual.
Nona Liu memang cerdas, dan semua rekap catatan setiap jenis barang telah di buat setiap hari termasuk laporan keuangannya, dan Tuan Sastro Manggolo setiap datang memeriksa sangat kagum dibuatnya.
Ternyata tempat itu telah menjadi sebuah harapan baru seperti ladang emas bagi Tuan Sastro Manggolo untuk hari-hari selanjutnya. 
.
Apa yang telah dilakukan Nona Liu?
Mengapa pengunjung menjadi senang untuk datang?
.
Dari kebanyakan orang, mengatakan bahwa layanannya sangat baik dan dia memang akrab dan hormat pada pengunjung. Bahkan untuk sebagian, utamanya kaum muda, suka melihat kecantikan Nona Liu yang tidak biasa, terutama saat tersenyum terlihat lebih cantik.
Hari demi hari pekerajan itu telah menyita waktunya, dan seperti lebih nyaman di banding ketika memegang Toko milik Ayahnya.

Di waktu malam masih dia sempat menonton TV sebentar dan terus tidur di tempat yang bersih, maka benar-benar telah membuatnya semakin senang tinggal di tempat itu. Sebuah perkembangan yang baik, apa lagi saat Toko itu telah sukses membuat keuntungan, praktis Nona Liu tidak mengeluarkan uang lagi karena mendapat hadiah setiap hari makan gratis yang di kirim dari Rumah Makan yang ada di seberang jalan.

Beberapa bulan bekerja ditempat itu, itu sebenarnya uangnya sudah cukup untuk pulang ke Hongkong, tetapi ada pikiran lain yang muncul. Jika harus pulang sekarang, maka pekerjaannya hanya menunggu Ayahnya saja, "Bagaimana bisa mendapatkan Tuan Sastro?"

Di ruangan atas Ruko itu, Nona Liu berfikir keras, bahwa Tuan Tampan itu adalah orang kaya, perawakannya lebih tinggi sedikit darinya, senyum dan kumis yang tebal dan rapi itu mungkin saja tidak bisa di lupakan hampir semua Gadis yang pernah bertemu dengannya.

Sebenarnya hati Nona Liu merasakan seperti ada perhatian khusus pada Tuan Sastro Manggolo,”Apakah aku telah jatuh cinta?”

Entahlah kena apa hari hari selanjutnya dia Menjadi tertarik dan ingin memiliki, meskipun itu adalah ide gila yang datang menyelinap dalam hatinya.  Karena itu dia masih ingat film berjudul “Sentuhan Wanita”, maka cukup berikan sentuhan lembut di punggungnya atau bahunya dan dia pasti klepek-klepek karena itu salah satu cara menunjukkan kasih sayang atau perhatian.
 
Dan pada hari hari berikutnya timbul pada pikiran Nona Liu untuk membuat rencana untuk menundukkan pria itu. Ya…! “Saya harus ber akting yang bagus, agar dia semakin tertarik padaku!”

Siang itu Nona Liu pura-pura sakit, dan Pria Tampan itu datang menengoknya. Dia seperti telah memberikan perhatian lebih, dan Pria itu menyarankan untuk istirahat beberapa hari sampai benar-benar sehat.

Perasaan Nona Liu saat itu mulai cuirga, “Apakah Tuan yang tampan itu mulai jatuh cinta padaku?” dan “Mengapa dia telah memberi perhatian yang luar biasa?”

Waktu berjalan sudah hampir satu tahun, dan benar siang itu Pria Tampan, Sastro Manggolo yang gagah itu mengajak Nona Liu untuk makan siang di Kafe Monas. Dan mereka sangat akrab dalam berbicara bahkan mereka saling melempar senyum dan tampaknya saling menyambut senyum itu dengan baik.

Mereka telah duduk berhadapan di meja itu, dan Nona Liu lalu berdiri di belakang Tuan Sastro Manggolo,  memberikan sedikit sentuhan lembut di punggungnya dan berkata, "Apa tidak sebaiknya cuci tangan dulu tuan, biar bersih!" katanya. 

"Oh ya...! "Aku lupa...! " dan tuan yang tampan itu berdiri menuju wastafel membersihkan tangannya. 

Setelah makan siang, tuan Sastro Manggolo berkata, “Nona, sebenarnya ada yang akan saya katakan, apakah Anda berkenan?” kata nya. 
“Silahkan Tuan, saya mendengarkan…!” jawabnya sambil tersenyum manis.
.
“Apakah Nona mau menjadi Istri saya?” katanya.
“Apa..! “  “Tuan akan menjadikan saya istri?” “Bagaimana Istri Tuan Nanti…!”  Saat itu Nona Liu melakukan aktingnya, dan benar semua berjalan lancar sesuai rencananya.

Nona Liu tidak segera menjawab atas permintaan itu dan berkata, “Tuan, bolehkan saya minta waktu satu hari saja untuk memikirkannya?” katanya. Tuan Sastro Manggolo diam sejenak, kemudian berkata, “Baiklah…! Aku tunggu besok siang jawaban Anda! “ dan terlihat wajahnya agak kecewa. 



Malam itu, Nona Liu sepertinya sangat senang dan sering tersenyum sendiri. Rupanya cita-citanya telah sukses. Tampaknya Dunia telah memihak kepadanya. "Apakah ini berkat misteri Tugu Monas itu?"  

Pada pertemuam selanjutnya,  ternyata Nona Liu telah setuju, dan mereka akhirnya menikah meskipun tidak diketahui oleh isteri pertamanya.

Suara suara sumbang tentang berita perkawinan Tuan Sastro Manggolo, akhirnya sampai juga ke telinga Istrinya, dan terjadilah perang mulut diantara mereka. 
.
Keluarga Sastro Manggolo saat itu benar-benar kacau akibat datangnya Nona Liu sebagai istri baru, sehingga jelas dia menjadi istri favorit.  Sebuah keadaan yang menjadi semakin panas telah membuahkan bencana, sehingga Nyonya Sastro Manggolo meminta bercerai. Tetapi, dengan pintarnya Tuan Sastro Manggolo, maka hal itu telah di batalkan.

Si tampan Tuan Sastro Manggolo bukanlah orang bodoh, dan karena itu setelah tiga tahun dan memiliki dua putra, Tuan Sastro Manggolo menemukan solusinya.

Hanya sebuah langkah yang bijak yang bisa melerai mereka, yaitu memulangkan Nyonya Liu ke Hongkong dan di buatkan Mini Market Baru yang bentuknya sama persis dengan tempat kerjanya disini, dan itu direncanakan Tuan Sastro Manggolo sebagai tempat usaha untuk mendapatkan penghasilan untuk hidupnya.

Sejak itu, Tuan Sastro Manggolo, setiap bulan sekali mengunjunginya, dan usahanya berkembang sangat cepat karena Nyonya Liu memang belajar banyak saat bersama Tuan Sastro Manggolo dan menguasai benar cara-cara mendapatkan usahanya sukses.

Dan waktu berjalan terus, usaha Nyonya Liu telah berkembang pesat dan telah memiliki tiga buah Mini Market. 

Dia telahmemilih perjalanan hidupnya dan benar-benar sadar bahwa hidup tidak selalu mudah. Sebuah pilihan dan selalu diikuti dengan risiko, karena itu Nyonya Liu benar-benar fokus pada bisnisnya.

Tampaknya dengan keuletan dan selalu melakukan inovasi dengan bimbingan Tuan Sastro Manggolo. Dia telah mampu melakukan pengembangan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman untuk memperbaiki produk proses, sistem yang baru, yang memberikan nilai yang berarti. 

Itulah sebuah kerajaan bisnis Nyonya Liu yang mampu bertahan dalam waktu yang panjang, dan telah berkembang pada layanan persewaan kapal keluarga, pembangunan perumahan dan perdagangan di Mini Market di beberapa tempat yang saling mengisi.

Bram saat itu sebagai putra Tuan Sastro Manggolo, merasa terpukul, karena masih ada istri simpanan Tuan Sastro Manggolo yang lain, yaitu ibunya Bagyo, yang pada saat akhir telah di setujui ibunya. 

Pukulan tentang suara miring teman-temannya telah membuatnya stress, dan salah satu pelariannya adalah minum sampai mabuk.
Perubahan adalah bagian dari gelombang kehidupan dan entah karena apa, hari itu adalah sebuah kenangan yang luar biasa bagi Nyonya Liu. Di Pintu gerbang, di depan rumah  yang besar itu tampak dari kejauhan, tiga sosok orang berdiri dan sedang bercakap dengan penjaga keamanannya.

“Siapakah mereka itu?”
“Mengapa mereka bertiga memaksa masuk ke rumah Nyonya Liu?”

Penjaga baru itu memang belum pernah bertemu dengan Tuan Sastro Manggolo, sehingga dia bertahan dan mereka diminta untuk menunggu dulu dan kemudian dia melaporkan untuk mita izin. Dari kejauhan, ada sosok wanita cantik berjalan agak cepat di ikuti penjaga itu dan menuju mereka bertiga, dia ternyata Nyonya Liu.

Dengan senyum lebar, Nyonya Liu langsung merangkul Tuan Sastro Manggolo dengan manja, menciumnya dan berganti memeluk Nyonya Sastro Manggolo dan seterusnya pada Bram. Jika ada seseorang yang melihat, sekilas nyonya itu dibandingkan dengan Nyonya Liu hampir sama cantiknya, hanya saja Nyonya Liu sedikit lebih tinggi darinya.
Malam itu ada pembicaraan yang sangat serius diantara mereka, dan memaksa Bram untuk tinggal beberapa lama agar mengenal saudaranya lebih baik.

Sepertinya perang itu telah usai, dan Nyonya Sastro Manggolo, juga kelihatan berbeda saat mereka bertemu.
Mereka mulai akrab, dan telah mengadakan pembicaraan secara khusus. Atas persetujuan Tuan Sastro Manggolo, Nyonya itu telah memberinya modal yang lumayan besar untuk lebih mengembangkan lagi bisnisnya.

Adik Liu, ma’afkan aku telah bertindak ceroboh, dan aku tidak tahu dengan apa aku harus menebusnya!” katanya.

Saat itu Nyonya Liu benar-benar menjadi salah tingkah, karena dia yang merebut suaminya, ternyata pada akhirnya telah setuju untuk keberadaannya saat ini.

Nyonya Liu diam sejenak, memandanginya dan berkata, “Mbak…! Aku yang salah…! Dan Ma’afkan Aku..! “ Nyonya Liu sambil memeluknya dan menangis.

Bram, bersama adik-adiknya siang itu mengajak pergi untuk santai, meskipun didalam hatinya masih belum bisa menerima mereka sebagai adik adiknya.

Apa yang harus dilakukan sebagai seorang Bram saat itu?
Bagiamana menyikapi keadaan yang kurang sesuai dengan hati nuraninya?

Sepertinya, keadaan telah membawanya larut dalam suasana keakraban saat itu, karena Benny, Buddy, Merina dan Yenny sangat menyenangkan. “Kakak..! Nanti kalau libur sekolah, boleh aku bermain kesana…!” seru Benny, dan yang lain menyahut, Aku ikut…!” kata mereka.

“Hem..! Tentu..! Boleh….! “ Nanti aku ajak ber keliling untuk rekreasi” katanya.
Adik-adik Bram itu semua sangat manja padanya bahkan minta di gendong untuk masuk ke kapal bersantai di atas air, menikmati makanan dan minuman. Dari percakapan mereka, anak-anak itu  benar-benar seperti berharap memiliki Bram sepenuhnya sebagai seorang kakak.

Pikiran Bram yang semula seperti menolak mereka, ternyata telah larut dan masuk pada dunia mereka yang sangat menyenangkan. Anak-anak yang lucu, saling berebut minta di gendong dan benar-benar mereka haus untuk mendapat perlakuan seorang Kakak yang mungkin saja telah lama mereka impikan.

Sebuah malam yang santai saat itu, dan Tuan Sastro Manggolo juga menyampaikan bahwa dia sebelumnya telah mempunyai istri kedua, Herlina, dan mempunyai anak laki-laki namanya Bagyo, seumur adik Bram. Dia tidak ikut saat ini, karena sedang sakit.

Hal yang aneh saat itu, bahwa Nyonya Liu tidak mempermasalahkan, dia hanya diam sejenak, ”Mas…! Aku bisa menerima itu, dan ini kan sudah kita jalani semua, Ajaklah aku untuk berkunjung kesana, agar semua bisa mengerti dan memahami tentang keadaan ini!”
 “Maukan Mas…! “ katanya.
.
Tuan Sastro hanya tersenyum dan mengangguk saat itu, dan selanjutnya mereka larut dalam pembicaraan lain dan saling mengisi.

Telah hadir perasaan suka datang menyelimuti mereka sampai titik itu, tetapi untuk mencapainya ternyata mereka telah merasakan sakit yang luar biasa dalam waktu yang panjang.
Kerajaan Bisnis Nyonya Liu, ibarat pohon kelapa di pantai, setiap kali mendapat hembusan angin kencang, dan semakin tinggi pohon itu tumbuh, juga semakin keras angin yang datang.

Hanya orang-orang bijak yang mampu membuat itu berbuah kebahagiaan dan yang lain tidak. Mungkin saja kebahagiaan adalah sebuah miseri dari suasana unik dan hasil kesepakatan pemahaman untuk saling memberi dan menerima.

Sekian, Terima kasih telah membacanya!
djokobiz

Tidak ada komentar :