Lolita Gadis Menawan
Menawan |
Lolita, sering berkonsultasi dengan Bagyo tentang trik untuk mempercepat pertumbuhan bisnisnya.
Tetapi, Lolita merasa ada yang berbeda pada Bagyo, karena dari hari kehari seperti semakin tampan penampilannya.
Bahkan mereka sering hanya berdua membahas bisnisnya, tetapi sebenatnya mereka sama-sama tertarik untuk melakukan hubungan lebih lanjut.
***
Bagyo dan impiannya, selalu berubah setiap saat. “Mengapa dia selalu ingin memperbesar bisnisnya”?
“Bukankah yang sudah ada telah
mencukupi semua kebutuhannya keluarganya dan bahkan berlebih?”
“Apakah dia memiliki keinginan yang
lain?”
Sebenarnya Bagyo menginjak tanah
Amerika hanya beberapa waktu saja, dan dibandingkan dengan Tumini
selama enam tahun di Kanada atau Meilan selama lima tahun di Florida, maka itu tidak seberapa
karena Bagyo hanya tiga bulan saja disana untuk mengikuti ujian sarjananya.
Tetapi, “Mengapa dia seperti terobsesi oleh American Dream?”
Bahkan dia semakin ingin mewujudkan
itu dengan memegang teguh prinsip "hidup harus lebih baik dan lebih kaya dan lebih
lengkap untuk semua orang, dengan kesempatan masing-masing sesuai dengan
kemampuan atau prestasi" terlepas dari kelas sosial atau keadaan lahir .
“Apakah Bagyo mulai gila…!”
“Apakah dia memang dilahirkan memang lebih sempurna dari yang lain?”
“Atau ada yang terpendam dan stress berat menanggung beban psikologis istri dan
keluarganya?”
Kali ini bisnis Bagyo telah jalan dengan baik, dan
ada waktu luang karena semua telah di serahkan pada manajer yang professional.
Tetapi dia selalu belajar pada banyak orang yang telah sukses. Beberapa seperti
Bram yang sekarang milyarder dan ada
banyak yang lain.
Pagi itu Bagyo telah bersepakat
dengan Tuan Gonzalo Aratinoga ,
seorang mantan pengusaha sukses, dan dia sekarang pensiun dan tinggal menikmati
hasilnya saja.
Ya ..! Di sebuah besar Kafe
“Tonnero” adalah tempat biasa para pengusaha besar melakukan silaturahmi.
.
“Apakah Anda Tuan Gonzalo?” kata
bagyo. “Ya…! Mari … silahkan duduk ! Apakah Anda Tuan Bagyo pengusaha besar
itu?” “Terima kasih… Ya..” jawab bagyo dengan rendah hati.
Mereka berbicara bisnis dari A
sampai Z dan pada akhirnya Tuan Gonzalo menyinggung tentang penawaran binis
persewaan kapal pesiar untuk satu keluarga. Bahkan saat itu Tuan Gonzalo
menjelaskan dengan sangat rinci tentang peluang dan hambatan serta solusi
bisnis itu.
.
.
Bagyo seperti di bius karenanya, dan
benar-benar dia menjadi sangat tertarik untuk ikut. Pertemuan itu
ternyata akan berlanjut dan setelah beberapa waktu.
Dia berpamitan untuk pulang dan
minggu depan mungkin akan datang kembali untuk membahas lebih lanjut.
.
.
Sampai di rumah, dia berfikir keras,
“Mengapa dia menawarkan bisnis yang sangat baik?”
“Mengapa hampir semua rahasia bisnis
di ungkap dengan baik dan benar padahal dia bukan Anaknya?”
Dan pikiran buruknya, “Apakah dia
punya putri yang belum menikah?”
Pertanyaan yang tidak bisa di jawab,
dan dia lebih focus pada ilmu baru, dan karena dia perlu belajar, meskipun
sebenarnya dia menjadi semakin terobsesi untuk bisnis itu.
Benar memang bukan kapal pesiar
yang lebih besar untuk membawa penumpang lebih banyak dan menghasilkan lebih
banyak pendapatan, tetapi boat rental untuk satu atau
dua keluarga saja sehingga mereka bebas mengoperasikan sendiri.
Dia
dengan belajar, tahu bahwa memulai bisnis Boat rental perlu slip cukup
untuk menyimpan perahu sewa, dan hidup di dekat air benar membuka banyak
bisnis.
Sebuah
peluang termasuk memiliki perusahaan sewa perahu, meskipun ada risiko kerugian
jika pelanggan terluka pada perahu.
Jelasnya
untuk itu perlu perencanan yang tepat dan Asuransi yang baik, dan dengan
itu benar ada harapan mengubah cinta kapal dan berpeluang besar menjadi bisnis
yang menguntungkan.
Bagyo
berfikir bahwa bisnis boat rental tidak mudah
tetapi bisa dengan tindak lanjut memenuhi kebutuhan seperti: Kapten kapal
bersertifikat, jenis perahu yang tepat, membeli, menyewa atau membangun bisnis
dermaga, menentukan jumlah perahu yang tepat, menawarkan penyewaan perahu, ikut
asuransi, mengurus izin usaha, dan menyatakan perahu berprogram penyelamatan
Hari pagi yang cerah, Bagyo memangil
Tumini dan
Meilan,
dan membicarakan itu. Dan juga tidak lupa menghubungi Helena untuk agar semua tahu tentang
rencananya.
“Apa kata mereka semua?” dan
ternyata mereka tidak ada satupun yang mendukung.
Tumini, yang paling dulu usul,
“Mas.. Bisnis yang ada kan sudah cukup… mengapa menambah binis baru yang kita
semua belum tahu cara kerjanya?”
Bagyo saat itu, merasa tidak ada
dukungan, sehingga dia harus membatalkan dan benar saat ini tidak
tersedia uang cukup untuk memulai bisnis baru yang memerlukan modal sangat
besar.
Di seberang, ada telpon dari Helena,
bahwa dia bermimpi tidak baik. Dia ada di seberang jauh, dan sepertinya
menangis dan meminta Tumini yang dekat untuk menyelidiki keberadaan Bagyo
sehari-hari agar tidak mencari istri lagi.
Meilan mendengar itu, menjadi sangat
marah dan ketika Bagyo pulang dari kantor, benar saja langsung di beri seribu
sumpah serapah. Tetapi Tumini,
sebagai yang tertua, segera melerai karena masalahnya juga tidak jelas. Di
sudut kamar itu Meilan masih menangis, dan dia merasakan bahwa dengan bertiga
saja sudah cukup sulit apa lagi bertambah satu lagi. Dan karenanya, Tumini
membimbing untuk membuat tenteram hatinya.
Siang itu Bagyo datang lagi ke Kafe
“Tonnero” untuk
Melanjutkan pembicaraan sebelumnya.
Dan Tuan Gonzales, menerima alasan yang disampaikan dan tahu bahwa itu
memang butuh modal besar. Dan saat itu dia menawarkan untuk menjadi pembimbing
manajemen, dengan imbalan tertentu, karena dia punya anak, tetapi dalam praktek
masih belum bisa mengatasi masalah.
Bagyo menjadi tertarik karena itu
dan sekali lagi dia juga ingin belajar jika dilain waktu isterinya menjadi
berubah pikiran.
Tuan Gonzalo, layaknya seorang Ayah
dan berkata dengan bijaksana, dan kesanggupan Bagyo menjadi bagian penting
karena perusahaan anaknya meskipun masih jalan, tetapi sebenarnya sedang kurang
baik.
Maka dia memanggil Anaknya Lolita
untuk datang ke kafe itu, dan Bagyo terperangah karenanya, dan benar bahwa
Lolita seperti Dewi Antonitet.
.
.
“Kenalkan… ini anak saya …!”
dan Lolita tersenyum saat itu mengenalkan
dirinya.
Sepertinya pembicaraan itu tidak singkat, dan Tuan Gonzalo telah meninggalkan tempat itu. Mereka hanya berdua saja membahas masalah bisnisnya dan tambahan job dari bisnis baru Ayahnya.
Sepertinya pembicaraan itu tidak singkat, dan Tuan Gonzalo telah meninggalkan tempat itu. Mereka hanya berdua saja membahas masalah bisnisnya dan tambahan job dari bisnis baru Ayahnya.
Dari hari-hari ke bulan berikutnya,
mereka menjadi akrab dan seterusnya perusahaan Lolita semakin baik dan sesuai
rencana, bisnis kapal juga mulai berkembang bahkan semakin besar. Dan dalam
waktu enam tahun, perusahaan itu telah sehat dan layak untuk membuka saham
untuk umum.
Liburan kali ini Helena yang datang
ke Jawa, dan mereka sangat bergembira apalagi anak-anak mereka yang sudah
mulai besar berkumpul bersama.
Sebuah undangan yang berbeda dan
datang saat itu, dan mereka untuk hadir di sebuah kapal pesiar mewah milik
Lolita.
.
“Siapa Lolita? … Dan “Mengapa
mengundang keluarga Bagyo?”
Sebuah malam yang penuh privasi, dan
benar bahwa pertemuan itu dipersiapkan hanya untuk mereka.
Saat itu tidak ada tamu lainnya, dan
semetara anak-anak bermain dengan Dodi, anak Lolita di sebuah ruangan lain.
Setelah makan malam, Lolita mengajak
duduk mereka bersama di sebuah meja bundar. Lolita dengan menunduk menyampaikan
kabar bahwa dia dan Bagyo telah menikah enam tahun yang lalu dan memiliki anak
satu.
Dan seperti keadaan yang tidak
normal saat itu semua Istri Bagyo berontak sangat keras, dan karenanya keadaan
menjadi sangat kacau. Terutama Helena, yang telah menyampaikan pada Tumini
untuk menjaga, karena dia seperti mendapat firasat tidak baik.
Anak-anak sudah tidur semuadi kapal
itu, tetapi keluarga Bagyo masih dalam perdebatan sengit. Lolita yang berada di
Pojok menunduk sambil menangis, dan yang lain berbicara seperti lomba pidato.
Tumini yang merasa bersalah saat itu
dan meminta ma’af karena keteledorannya, bahkan meminta mereka membatalkan itu
semua.
Dan malam yang semakin larut, Tumini
berfikir keras untuk itu. Dia mengajak Meilan dan Helena ke sebuah kamar untuk
berunding, dan di tempat itu tinggal Bagyo dan Lolita.
pa yang mereka bicarakan?” “Apakah
mereka semua minta bercerai?” “Atau mereka benar-benar ingin membatalkan itu
agar Lolita di ceraikan?”
Tumini sebagai leader saat itu,
“Saudaraku, aku sudah memikirkan jauh.
Memang kita semua menjadi sakit,
tetapi akan lebih sakit lagi kalau anank-anak kita tidak memiliki orang tua.
Karena itu, mari kita mengamankan anak-anak.
Biarlah kita sakit, tetapi akan
lebih penting lagi kalau anak-anak selamat, agar nanti mereka memiliki
kehidupan yang lebih baik.” kata Tumini pendek.
Mereka tetap diam saja, dan kali ini
justru Helena yang lebih dulu mengangguk, dan kemudian di ikuti Meilan.
Selang beberapa saat, Tumini keluar
dan menggandeng Lolita untuk masuk ke kamar. Mereka menjadi ber empat dalam
berunding, dan Lolita seperti menangis keras dan kedengaran dari luar. Dia
benar-benar minta ma’af karena membuat kekilafan besar.
Sebuah kegembiraan yang tersembunyi
akhirnya datang, setelah mereka keluar dan menunduk semua di depan Bagyo.
Tumini pertama mengawali menyampaikan ma’af telah bertindak kasar dan di kuti
yang lain.
Bagyo mendekat dan merangkul
semuanya dan mereka bertangisan karena peristiwa itu.
Pagi itu Bagyo memberi tahu pada mereka, ada kapal baru untuk persewaan, dan di ujung dermaga itu telah berjajar menunggu untuk di operasikan. Bagyo menghadiahkan sebagai asset untuk dikelola pada mereka masing-masing satu dan namanya telah tertera di lambung kapal.
Pagi itu Bagyo memberi tahu pada mereka, ada kapal baru untuk persewaan, dan di ujung dermaga itu telah berjajar menunggu untuk di operasikan. Bagyo menghadiahkan sebagai asset untuk dikelola pada mereka masing-masing satu dan namanya telah tertera di lambung kapal.
Itulah manusia, dan sering dihadapkan pada berbagai masalah pada setiap kondisi dan situasi. Bahkan dia lupa bahwa di atas langit masih ada langit lagi.
Benarkah hidup mereka menjadi lebih
baik? Benarkan mereka menjadi lebih kaya? Benarkah mereka menjadi lebih
bahagia? Maka semua tergantung kemampuan masing-masing terlepas dari
kelas sosial atau keadaan lahir .
\
\
“Ayah, apakah boleh kapal itu di
bawa pulang?” sela Yansen saat melihat kapal itu dan dia meneliti keliling ke
seluruh ruangan. “Tidak sayang…Kapal itu biar disini untuk mencari uang, dan
nanti uangnya di kirim kesana!” jawab Bagyo.
Sebuah cerita kecil kehidupan
manusia yang selalu berharap yang terbaik dan akan bijak jika memiliki solusi
yang bisa membuat mereka bahagia.
Sekian, Terima kasih
telah membacanya!
djokobiz
Tidak ada komentar :
Posting Komentar