Rabu, 26 Desember 2012

Lolita Gadis Menawan

Lolita Gadis Menawan
Menawan
Di mata Bagyo, Lolita tampak semakin cantik, sehingga pikiran buruk itu telah mampu menghanyutkan dia untuk bertindak lebih jauh.

Lolita, sering berkonsultasi dengan Bagyo tentang trik untuk mempercepat pertumbuhan bisnisnya.

Tetapi, Lolita merasa ada yang berbeda pada Bagyo, karena dari hari kehari seperti semakin tampan penampilannya.

Bahkan mereka sering hanya berdua  membahas  bisnisnya, tetapi sebenatnya mereka sama-sama tertarik untuk melakukan hubungan lebih lanjut.

***

Bagyo dan impiannya, selalu berubah setiap saat. “Mengapa dia selalu ingin memperbesar bisnisnya”?

“Bukankah yang sudah ada telah mencukupi semua kebutuhannya keluarganya dan bahkan berlebih?”

“Apakah dia memiliki keinginan yang lain?”
Sebenarnya Bagyo menginjak tanah Amerika hanya beberapa waktu saja, dan dibandingkan dengan Tumini selama enam tahun di  Kanada atau Meilan selama lima tahun di Florida, maka itu tidak seberapa karena Bagyo hanya tiga bulan saja disana untuk mengikuti ujian sarjananya. Tetapi, “Mengapa dia seperti terobsesi oleh American Dream?”

Bahkan dia semakin ingin mewujudkan itu dengan memegang teguh prinsip "hidup harus lebih baik dan lebih kaya dan lebih lengkap untuk semua orang, dengan kesempatan masing-masing sesuai dengan kemampuan atau prestasi" terlepas dari kelas sosial atau keadaan lahir .

“Apakah Bagyo mulai gila…!”  “Apakah dia memang dilahirkan memang lebih sempurna dari yang lain?” “Atau ada yang terpendam dan stress berat menanggung beban psikologis istri dan keluarganya?”


Kali ini bisnis Bagyo telah jalan dengan baik, dan ada waktu luang karena semua telah di serahkan pada manajer yang professional. Tetapi dia selalu belajar pada banyak orang yang telah sukses. Beberapa seperti Bram yang sekarang milyarder dan ada banyak yang lain.

Pagi itu Bagyo telah bersepakat dengan Tuan Gonzalo Aratinoga , seorang mantan pengusaha sukses, dan dia sekarang pensiun dan tinggal menikmati hasilnya saja.
Ya ..! Di sebuah besar Kafe “Tonnero”  adalah tempat biasa para pengusaha besar melakukan silaturahmi.
.
“Apakah Anda Tuan Gonzalo?” kata bagyo. “Ya…! Mari … silahkan duduk ! Apakah Anda Tuan Bagyo pengusaha besar itu?” “Terima kasih… Ya..” jawab bagyo dengan rendah hati.
Mereka berbicara bisnis dari A sampai Z dan pada akhirnya Tuan Gonzalo menyinggung tentang penawaran binis persewaan kapal pesiar untuk satu keluarga. Bahkan saat itu Tuan Gonzalo menjelaskan dengan sangat rinci tentang peluang dan hambatan serta solusi bisnis itu. 
.
Bagyo seperti di bius karenanya, dan benar-benar dia menjadi sangat tertarik untuk ikut.   Pertemuan itu ternyata akan berlanjut dan setelah beberapa waktu.

Dia berpamitan untuk pulang dan minggu depan mungkin akan datang kembali untuk membahas lebih lanjut.
.
Sampai di rumah, dia berfikir keras, “Mengapa dia menawarkan bisnis yang sangat baik?”
“Mengapa hampir semua rahasia bisnis di ungkap dengan baik dan benar padahal dia bukan Anaknya?”
Dan pikiran buruknya, “Apakah dia punya putri yang belum menikah?”

Pertanyaan yang tidak bisa di jawab, dan dia lebih focus pada ilmu baru, dan karena dia perlu belajar, meskipun sebenarnya dia menjadi semakin terobsesi untuk bisnis itu.

Benar memang bukan kapal pesiar yang lebih besar untuk membawa penumpang lebih banyak dan menghasilkan lebih banyak pendapatan, tetapi boat rental untuk satu atau dua keluarga saja sehingga mereka bebas mengoperasikan sendiri.

Dia dengan belajar, tahu bahwa memulai bisnis Boat rental perlu slip cukup untuk menyimpan perahu sewa, dan hidup di dekat air benar membuka banyak bisnis.

Sebuah peluang termasuk memiliki perusahaan sewa perahu, meskipun ada risiko kerugian jika pelanggan terluka pada perahu.
Jelasnya  untuk itu perlu perencanan yang tepat dan Asuransi yang baik, dan dengan itu benar ada harapan mengubah cinta kapal dan berpeluang besar menjadi bisnis yang menguntungkan.

Bagyo berfikir bahwa bisnis boat rental  tidak mudah tetapi bisa dengan tindak lanjut memenuhi kebutuhan seperti: Kapten kapal bersertifikat, jenis perahu yang tepat, membeli, menyewa atau membangun bisnis dermaga, menentukan jumlah perahu yang tepat, menawarkan penyewaan perahu, ikut asuransi, mengurus izin usaha, dan menyatakan perahu berprogram penyelamatan
Hari pagi yang cerah, Bagyo memangil Tumini dan Meilan, dan membicarakan itu. Dan juga tidak lupa menghubungi Helena untuk agar semua tahu tentang rencananya.

“Apa kata mereka semua?” dan ternyata mereka tidak ada satupun yang mendukung.
Tumini, yang paling dulu usul, “Mas.. Bisnis yang ada kan sudah cukup… mengapa menambah binis baru yang kita semua belum tahu cara kerjanya?”

Bagyo saat itu, merasa tidak ada dukungan, sehingga dia harus membatalkan  dan benar saat ini tidak tersedia uang cukup untuk memulai bisnis baru yang memerlukan modal sangat besar.
Di seberang, ada telpon dari Helena, bahwa dia bermimpi tidak baik. Dia ada di seberang jauh, dan sepertinya menangis dan meminta Tumini yang dekat untuk menyelidiki keberadaan Bagyo sehari-hari agar tidak mencari istri lagi.

Meilan mendengar itu, menjadi sangat marah dan ketika Bagyo pulang dari kantor, benar saja langsung di beri seribu sumpah serapah. Tetapi Tumini, sebagai yang tertua, segera melerai karena masalahnya juga tidak jelas. Di sudut kamar itu Meilan masih menangis, dan dia merasakan bahwa dengan bertiga saja sudah cukup sulit apa lagi bertambah satu lagi. Dan karenanya, Tumini membimbing untuk membuat tenteram hatinya.

Siang itu Bagyo datang lagi ke Kafe “Tonnero” untuk
Melanjutkan pembicaraan sebelumnya.  Dan Tuan Gonzales, menerima alasan yang disampaikan dan tahu bahwa itu memang butuh modal besar. Dan saat itu dia menawarkan untuk menjadi pembimbing manajemen, dengan imbalan tertentu, karena dia punya anak, tetapi dalam praktek masih belum bisa mengatasi masalah.

Bagyo menjadi tertarik karena itu dan sekali lagi dia juga ingin belajar jika dilain waktu isterinya menjadi berubah pikiran.
Tuan Gonzalo, layaknya seorang Ayah dan berkata dengan bijaksana, dan kesanggupan Bagyo menjadi bagian penting karena perusahaan anaknya meskipun masih jalan, tetapi sebenarnya sedang kurang baik.  

Maka dia memanggil Anaknya Lolita untuk datang ke kafe itu, dan Bagyo terperangah karenanya, dan benar bahwa Lolita seperti  Dewi Antonitet.
.
“Kenalkan… ini anak saya …!”  dan Lolita tersenyum saat itu mengenalkan dirinya. 

Sepertinya pembicaraan itu tidak singkat, dan Tuan Gonzalo telah meninggalkan tempat itu. Mereka hanya berdua saja membahas masalah  bisnisnya dan tambahan job dari bisnis baru Ayahnya. 

Dari hari-hari ke bulan berikutnya, mereka menjadi akrab dan seterusnya perusahaan Lolita semakin baik dan sesuai rencana, bisnis kapal juga mulai berkembang bahkan semakin besar. Dan dalam waktu enam tahun, perusahaan itu telah sehat dan layak untuk membuka saham untuk umum.

Liburan kali ini Helena yang datang ke Jawa, dan mereka sangat bergembira  apalagi anak-anak mereka yang sudah mulai besar berkumpul bersama.

Sebuah undangan yang berbeda dan datang saat itu, dan mereka untuk hadir di sebuah kapal pesiar mewah milik Lolita.
.
“Siapa Lolita? … Dan “Mengapa mengundang keluarga Bagyo?”
Sebuah malam yang penuh privasi, dan benar bahwa pertemuan itu dipersiapkan hanya untuk mereka. 

Saat itu tidak ada tamu lainnya, dan semetara anak-anak bermain dengan Dodi, anak Lolita di sebuah ruangan lain.

Setelah makan malam, Lolita mengajak duduk mereka bersama di sebuah meja bundar. Lolita dengan menunduk menyampaikan kabar bahwa dia dan Bagyo telah menikah enam tahun yang lalu dan memiliki anak satu.

Dan seperti keadaan yang tidak normal saat itu semua Istri Bagyo berontak sangat keras, dan karenanya keadaan menjadi sangat kacau. Terutama Helena, yang telah menyampaikan pada Tumini untuk menjaga, karena dia seperti mendapat firasat tidak baik. 
Anak-anak sudah tidur semuadi kapal itu, tetapi keluarga Bagyo masih dalam perdebatan sengit. Lolita yang berada di Pojok menunduk sambil menangis, dan yang lain berbicara seperti lomba pidato.

Tumini yang merasa bersalah saat itu dan meminta ma’af karena keteledorannya, bahkan meminta mereka membatalkan itu semua. 

Dan malam yang semakin larut, Tumini berfikir keras untuk itu. Dia mengajak Meilan dan Helena ke sebuah kamar untuk berunding, dan di tempat itu tinggal Bagyo dan Lolita.
pa yang mereka bicarakan?” “Apakah mereka semua minta bercerai?” “Atau mereka benar-benar ingin membatalkan itu agar Lolita di ceraikan?”
Tumini sebagai leader saat itu, “Saudaraku, aku sudah memikirkan jauh. 

Memang kita semua menjadi sakit, tetapi akan lebih sakit lagi kalau anank-anak kita tidak memiliki orang tua. Karena itu, mari kita mengamankan anak-anak. 

Biarlah kita sakit, tetapi akan lebih penting lagi kalau anak-anak selamat, agar nanti mereka memiliki kehidupan yang lebih baik.” kata Tumini pendek.  

Mereka tetap diam saja, dan kali ini justru Helena yang lebih dulu mengangguk, dan kemudian di ikuti Meilan.

Selang beberapa saat, Tumini keluar dan menggandeng Lolita untuk masuk ke kamar. Mereka menjadi ber empat dalam berunding, dan Lolita seperti menangis keras dan kedengaran dari luar. Dia benar-benar minta ma’af karena membuat kekilafan besar.

Sebuah kegembiraan yang tersembunyi akhirnya datang, setelah mereka keluar dan menunduk semua di depan Bagyo. Tumini pertama mengawali menyampaikan ma’af telah bertindak kasar dan di kuti yang lain.

Bagyo mendekat dan merangkul semuanya dan mereka bertangisan karena peristiwa itu.

Pagi itu Bagyo memberi tahu pada mereka, ada kapal baru untuk persewaan, dan di ujung dermaga itu telah berjajar menunggu untuk di operasikan. Bagyo menghadiahkan sebagai asset untuk dikelola pada mereka masing-masing satu dan namanya telah tertera di lambung kapal.


Itulah manusia, dan sering dihadapkan pada berbagai masalah pada setiap kondisi dan situasi. Bahkan dia lupa bahwa di atas langit masih ada langit lagi. 

Benarkah hidup mereka menjadi lebih baik? Benarkan mereka menjadi lebih kaya?  Benarkah mereka menjadi lebih bahagia? Maka semua tergantung kemampuan masing-masing terlepas dari kelas sosial atau keadaan lahir .
\
“Ayah, apakah boleh kapal itu di bawa pulang?” sela Yansen saat melihat kapal itu dan dia meneliti keliling ke seluruh ruangan. “Tidak sayang…Kapal itu biar disini untuk mencari uang, dan nanti uangnya di kirim kesana!” jawab Bagyo. 

Sebuah cerita kecil kehidupan manusia yang selalu berharap yang terbaik dan akan bijak jika memiliki solusi yang bisa membuat mereka bahagia. 

Sekian, Terima kasih telah membacanya!
djokobiz

Tidak ada komentar :