Lolita Istri Favorit
Lolita Istri Favorit? |
Lolita,
sebagai istri paling muda, merasa memiliki hak paling banyak untuk kehadiran
Bagyo, karena itu Meilan,
yang tidak mau mengalah, mengacaukan keadaan rumah tangga Bagyo.
Bagiamana Bagyo menyikapinya?
Bagiamana Bagyo menyikapinya?
Apa akibat selanjutnya untuk
keluarga Bagyo?
.***
Telepon berdering, pada pagi itu dan
Tumini, yang masih mengantuk terpaksa bangun untuk menerima itu dan ternyata
dari Helena.
“Mbak Tumini,
aku minta untuk datang kesini, aku benar-benar memerlukanmu!” “Ada apa dik…!
Apa anak-anak ada yang sakit?” “Tidak ….! Tetapi bisnisku agak kacau…!
Aku benar benar minta tolong untuk
di bimbing”
“ Apa sudah menghubungi Mas Bagyo?”
“Sudah… tetapi telepon tidak pernah di angkat..!”
“Baiklah.. nanti saya akan mencari
Mas Bagyo dan hasilnya saya beri tahu nanti..!” kata Tumini.
“Kak aku ikut ya…! “ Tidak…! Nanti,
hasilnya saya beri tahu..!” Seperti yang sudah-sudah, maka Meilan kelihatan
cemberut.
Selanjutnya Tumini
datang merangkul dan mengelus rambut Meilan dan berbisik, “Sebaiknya Dik Meilan
di rumah saja, karena ini masalah penting dan harus diselesaikan dengan baik
tanpa pertengkaran..!” dan Meilan mengangguk.
Pagi itu Tumini bergegas ke
rumah Lolita,
dan benar bahwa Bagyo sedang jatuh sakit. Tumini pagi itu langgsung memberi
tahu Meilan untuk pergi ke tempat Lolita beberapa waktu.
Tumini pergi kemana? |
Tumini saat itu hanya berfikir
sederhana, bahwa Lolita adalah istri paling muda dan masih sangat cantik,
dibanding istri lainnya. Tetapi Tumini sangat dewasa dalam menghadapi hal itu,
meskipun sesekali pikirannya juga melayang.
Siapapun laki-laki memiliki istri
cantik, pasti dia sangat suka dan itu adalah wajar dengan perawakan Lolita,
cantik, tinggi, putih seperti miss Wold, maka benar saat ini adalah istri
favoritnya.
Sampai di tempat Lolita, Tumini
menyampaikan kabar dari Helena.
Bagyo seperti tersentak memandangi
Tumini dan berkata, “Kapan akan berankat ke Hongkong?”
“Ya segera..! “Jawabnya pendek.
Bagyo terbawa ingatan masa lalu,
sementara juga melihat seorang Tumini, sebenarnya tetap cantik hanya usianya
sedikit agak tua.
Pikiran bagyo melayang saat itu.
Tumini memang seperti Miss Universe. Dan sampai saat ini Tumini tetap saja
cantik, tetapi dari pandangannya seperti ada yang di kuatirkan.
Saat itu Tumini
melihat dan hafal perilaku Bagyo, karena itu meminta Lolita untuk keluar
sebentar. Dan Lolita cemberut karenanya terus keluar dari ruangan itu.
“Berapa lama nanti di tempat Helena?”
“Sampai selesai urusanya, karena bisnis Helena sedang kurang baik..!” Jawab
Tumini singkat.
Setelah pamit pada bagyo, Tumini
keluar dan mendapatkan Lolita duduk di ruang tamu sambil menonton TV. Dan dia
berbicara sedikit, lalu merangkul Lolita dan berbisik, “Jaga kesehatan Mas Bagyo,
saya tahu kebutuhan dik Lolita banyak, tetapi tetap saja, kalau Mas Bagyo
sakit, nanti bisnisnya jatuh karena tidak ter urus dengan baik” “Lolita
tersenyum malu dan berkata, “Iya Mbak.
Siang itu Tumini pulang kerumah dan
mendapatkan Meilan cemberut, “Kakak, aku ikut ya…! “Meilan merengek. Dan Tumini
terpaksa menilpon Bagyo bahwa dia berangkat bersama Meilan.
Tumini, setelah pamit dengan Meilan,
maka segera berangkat saat itu dengan segudang tanda Tanya, “Ada apa dengan
Helena?”.
Inilah keluarga poligami ternnyata
tidak mudah, tetapi perlu perjuangan untuk mencapai sukses. Sementara Tumini
teguh berbisnis, Helena, Meilan dan Lolita, bisnisnya sedang jatuh.
Memang Lolita adalah istri paling
cantik dan itu pantas mengalami kekhawatiran dan ketakutan, karena dia
mendapatkan saingan dari isteri yang lain.
Tetapi dalam hati Tumini
hanya berpedoman, “Jangan takut kekalahan, karena kekalahan adalah suatu
pelajaran karena dalam hidup ini pasti ada juga kegagalan dan kekecewaan dan
tetap memerlukan solusi yang tepat.”
Karena itu, sebagai istri paling
tua, memang seharusnya memimpin mereka semua. Dia bahkan tidak peduli bahwa Lolita,
sebagai istri favorit yang menuntut Bagyo tinggal lebih lama di tempatnya.
Hal yang anh akhir akhir ini
bahwa dia sering merangkul Meilan
yang ingin selalu menang dan memaksanya itu menjadi tunduk pada
aturannya.
Sebaliknya, Meilan dalam hal
tertentu tidak berani dengan Tumini karena dia sewaktu-waktu bisa berubah
seperti seekor Singa meskipun lebih banyak berlaku seperti seorang Ibu yang
paling baik di Dunia ini.
Keadaan yang berubah cepat dan
akhirnya Bagyo jatuh sakit beberapa lama, sehingga hampir semua bisnisnya jatuh
dan kurang terurus.
Sesampai di Hongkong, benar saat itu
keadaan yang menjadi kacau di dapatkan Tumini, karena tiga kafe milik Helena
telah di gusur habis, dan yang menghasilkan hanya sebuah Mini Market saja.
Yang dipikir berat Tumini adalah
Helena yang mandiri ternyata terlibat hutang sangat banyak, dan setelah
meneliti masalahnya, akhirnya Tumini pada saat yang mencekam itu, dia bertindak
cepat, dan melunasi seluruh hutang itu karena sebagian besar disebabkan
perubahan peraturan di setempat.
Malam mereka bersama, berfikir
mencari solusi. Dan Pikiran Tumini sangat tajam, “Bagaimana kalau persewaan kapal itu kita alihkan di sini?”
Meilan yang pertama menyahut, “ Ya
..! Aku setuju ..! Habis sekarang di sana hampir tidak menghasilkan, karena itu
lebih baik di pindah kesini kalau bisa berkembang..!”
Sebuah gagasan yang belum tentu
baik, karena sesuai kesepakatan, maka mereka melakukan survei untuk itu.
Hampir satu minggu mereka
berkeliling keseluruh tempat dan belum membawa hasil. Tetapi, saat mereka
kelelahan dan beristirahat di sebuah Kafe, bertemu Nyonya Liu,
pengusaha kaya di tempat itu.
Dia bercerita memiliki persewaan
kapal yang sedang baik, dan saat ini bermaksud membeli lagi sebanyak sepuluh
lagi. Tetapi, meskipun membeli baru, maka datangnya baru tahun depan karena
mereka masih membuatnya.
Dan saat itu sperti serentak mereka
bertiga mendekat ke Nyonya Liu dan berharap, untuk mau menggunakan
kapalnya. Nyonya Liu
berfikir keras, hal yang biasa seorang pengusaha, selalu rinci untuk mengambil
keputusan. Karena itu mereka di undang kerumahnya yang besar dengan penjagaan
ketat, dan mereka beruding untuk itu.
Helena yang cerdas dalam perhitungan
bisnis, segera membuat perhitungan yang lebih detail bersama Meilan, karena
Nyonya Liu hanya ingin menyewanya selama lima tahun dengan harga tertentu.
Helena
menghela nafas setelah membuat hitungan, dan itu disampaikan pada mereka.
Sebuah nilai yang wajar daripada di usahakan sendiri karena Nyonya Liu mau
menanggung pemeliharaan kapal itu dan di tangung tetap ter jamin keadaannya.
Tumini,
sebagai pemutus terakhir, maka berkata pada mereka. “Sebaiknya ini diberikan,
karena saat sekarang bisnis persewaan kapal juga sedang sepi, sehingga nanti
kita masih memiliki simpanan yang cukup besar” katanya.
Helena
dan Meilan saling pandang, dan akhirnya mereka setuju dengan membawa empat
kapal itu untuk segera dikirim.
Entah karena apa, malam itu
hanya telepon Tumini yang bisa diterima Bagyo, dan meminta kapalnya untuk
segera di kirim, tetapi di susul suara Lolita, dan dia meminta untuk membawa
miliknya juga.
“Mbak Tumini, tolong punya ku juga
di bawa, karena hampir semua bisnis Mas Bagyo sedang sepi” katanya.
Bagyo yang merasa sangat sayang pada
istri favoritnya, langsung mengambil alih, dan meredakan suasana itu.
Siang itu Meilan di tunjuk Oleh
Tumini untuk meninjau Mini Market milik Helena, dan mereka segera
memperhitungkan nilainya jika di jual. Dan memang ada yang ingin membeli dengan
harga tertentu.
Tumini sendiri hari itu merunding
dengan Nyonya Liu,
yang berpenampilan sederhana. Kelihatannya, setelah berbicara panjang lebar,
Nyonya Liu merangkul Tumini dan mengelus rambutnya dan berbisik, “Yang sabar..!
Sebagai istri tua memang pada saat kritis harus tampil dan menyelamatkan
mereka..!”
Diam-diam Tumini minta izin pada
Nyonya Liu untuk berinfestasi sehingga jumlah kapal itu menjadi sepuluh.
“Hemm…! Nanti dulu..!” tampak
Nyonya Liu memanggil stafnya untuk menghitung kembali. Itulah gambaran sukses
pengusaha besar, bahwa segala sesuatunya benar-benar di hitung dengan jeli.
Tampak Nyonya Liu bersama stafnya
berhitung untuk tempat-tempat yang menjamin kelangsungan investasi itu, setelah
membaca tiga alternative perhitungan mereka. Karena itu akhirnya Dia tersenyum
dan setuju menerima investasi dari Tumini.
Sebuah pertemuan sore itu memang
tidak biasa, dan mereka bertiga lebih ceria dari hari biasanya. Itu semua
karena kapal yang di kirim Bagyo telah datang dan diterima oleh Nyonya Liu
dengan senang hati karena memang sangat pantas untuk di sewa.
Tumini segera menelpon ke stafnya di
Jawa, untuk segera membangunkan kamar lagi sebanyak enam kamar sesuai rencana
sebelumnya. Dan Kali ini Tumini sangat tegas, bahwa perintah itu harus selesai
dalam waktu satu bulan.
Ketika menelpon Lolita, maka Tumini
menyuruh untuk memeriksa rekeninnya, agar tahu bahwa bagiannya telah di
transfer.
“Terima kasih Mbak…! Sudah
saya lihat, semua jumlahnya telah saya cetak dan ini benar-benar membantu
karena hampir semua bisnis Mas Bagyo jatuh..!” katanya dengan sangat gembira.
Dan mereka, Tumini, Meilan, Helena
dan anak-anaknya sore itu sengaja mencari pemandangan di pantai untuk
melepaskan lelah.
Benar bahwa Mini Market
milik Helena telah laku, dan Tumini telah memiliki pandangan sebuah tempat yang
strategis di Jawa.
Disela-sela itu, Helena bertanya,
“Mengapa Mbak Meilan sering bertengkar dengan Mbak Tumini?”
Tumini hanya tersenyum karenanya dan
mencubit Meilan yang sedang cemberut itu. “Aduh…Sakit…!’ Katanya.
Mereka memang sedang bergembira saat
itu, dan sesuai dengan rencana, maka Helena dipaksa oleh Tumini untuk pindah ke
Jawa, karena bisnisnya memang kurang baik akibat ada peraturan baru.
“Lalu….! Siapa yang menjadi Istri
favorite selanjutnya?”
Itu adalah bahan tertawaan mereka
bertiga saat di kafe dan kenyataannya mereka semua menjadi rukun.
Berita dari Tumini lagi-lagi membuat
Bagyo menyesal karena selama ini telah mengabaikannya. Karena itu, ketika itu
Bagyo baru sembuh dari sakitnya, menyempatkan memeriksa kamar baru yang di
siapkan Tumini untuk tinggal bersama.
Lolita berkeliling memeriksa
kamar-kamar itu dengan semua anak mereka. Kamar itu telah selesai dengan
delapan kamar dan tambah satu kamar sangat besar.
“Ayah… Mama kapan pulang?”
"Besok… ya besok kita jemput ke Bandara. Ikut apa tidak..!”
“Ikut…!" serentak mereka berteriak dan mereka sangat gembira.
Seorang figure Tumini ternyata
mampu tampil memimpin mereka, melerai pertikaian dan akhirnya keluarga kembali
kerumah menjadi satu dan bisnisnya semakin sukses.
Sekian, Terima kasih
telah membacanya!
djokobiz
Tidak ada komentar :
Posting Komentar