Rabu, 26 Desember 2012

Lolita Istri Favorit

Lolita Istri Favorit
Lolita Istri Favorit?
Gelombang kehidupan sering semrawut untuk di hadapi, dan sebagai hasilnya adalah kekacauan yang tidak berujung.
Lolita, sebagai istri paling muda, merasa memiliki hak paling banyak untuk kehadiran Bagyo, karena itu Meilan, yang tidak mau mengalah, mengacaukan keadaan rumah tangga Bagyo. 

Bagiamana Bagyo menyikapinya?
Apa akibat selanjutnya untuk keluarga Bagyo?

.***
Telepon berdering, pada pagi itu dan Tumini, yang masih mengantuk terpaksa bangun untuk menerima itu dan ternyata dari Helena.
“Mbak Tumini, aku minta untuk datang kesini, aku benar-benar memerlukanmu!” “Ada apa dik…! Apa anak-anak ada yang sakit?” “Tidak ….! Tetapi bisnisku agak kacau…!
Aku benar benar minta tolong untuk di bimbing”
“ Apa sudah menghubungi Mas Bagyo?” “Sudah… tetapi telepon tidak pernah di angkat..!”
“Baiklah.. nanti saya akan mencari Mas Bagyo dan hasilnya saya beri tahu nanti..!” kata Tumini.
“Kak aku ikut ya…! “ Tidak…! Nanti, hasilnya saya beri tahu..!” Seperti yang sudah-sudah, maka Meilan kelihatan cemberut. 
Selanjutnya Tumini datang merangkul dan mengelus rambut Meilan dan berbisik, “Sebaiknya Dik Meilan di rumah saja, karena ini masalah penting dan harus diselesaikan dengan baik tanpa pertengkaran..!”  dan Meilan mengangguk.


Tumini pergi kemana?
Pagi itu  Tumini bergegas ke rumah Lolita, dan benar bahwa Bagyo sedang jatuh sakit. Tumini pagi itu langgsung memberi tahu Meilan untuk pergi ke tempat Lolita beberapa waktu. 
Tumini saat itu hanya berfikir sederhana, bahwa Lolita adalah istri paling muda dan masih sangat cantik, dibanding istri lainnya. Tetapi Tumini sangat dewasa dalam menghadapi hal itu, meskipun sesekali pikirannya juga melayang.
Siapapun laki-laki memiliki istri cantik, pasti dia sangat suka dan itu adalah wajar dengan perawakan Lolita, cantik, tinggi, putih seperti miss Wold, maka benar saat ini adalah istri favoritnya.

Sampai di tempat Lolita, Tumini menyampaikan kabar dari Helena. 

Bagyo seperti tersentak memandangi Tumini dan berkata, “Kapan akan berankat ke Hongkong?”
“Ya segera..! “Jawabnya pendek. 
Bagyo terbawa ingatan masa lalu, sementara juga melihat seorang Tumini, sebenarnya tetap cantik hanya usianya sedikit agak tua. 
Pikiran bagyo melayang saat itu. Tumini memang seperti Miss Universe. Dan sampai saat ini Tumini tetap saja cantik, tetapi dari pandangannya seperti ada yang di kuatirkan.

Saat itu Tumini melihat dan hafal perilaku Bagyo, karena itu meminta Lolita untuk keluar sebentar. Dan Lolita cemberut karenanya terus keluar dari ruangan itu.
“Berapa lama nanti di tempat Helena?” “Sampai selesai urusanya, karena bisnis Helena sedang kurang baik..!” Jawab Tumini singkat.
Setelah pamit pada bagyo, Tumini keluar dan mendapatkan Lolita duduk di ruang tamu sambil menonton TV. Dan dia berbicara sedikit, lalu merangkul Lolita dan berbisik, “Jaga kesehatan Mas Bagyo, saya tahu kebutuhan dik Lolita banyak, tetapi tetap saja, kalau Mas Bagyo sakit, nanti bisnisnya jatuh karena tidak ter urus dengan baik” “Lolita tersenyum malu dan berkata, “Iya Mbak.

Siang itu Tumini pulang kerumah dan mendapatkan Meilan cemberut, “Kakak, aku ikut ya…! “Meilan merengek. Dan Tumini terpaksa menilpon Bagyo bahwa dia berangkat bersama Meilan.
Tumini, setelah pamit dengan Meilan, maka segera berangkat saat itu dengan segudang tanda Tanya, “Ada apa dengan Helena?”.
Inilah keluarga poligami ternnyata tidak mudah, tetapi perlu perjuangan untuk mencapai sukses. Sementara Tumini teguh berbisnis, Helena, Meilan dan Lolita, bisnisnya sedang jatuh.

Memang Lolita adalah istri paling cantik dan itu pantas mengalami kekhawatiran dan ketakutan, karena dia mendapatkan saingan dari isteri yang lain. 
Tetapi dalam hati Tumini hanya  berpedoman, “Jangan takut kekalahan, karena kekalahan adalah suatu pelajaran karena dalam hidup ini pasti ada juga kegagalan dan kekecewaan dan tetap memerlukan solusi yang tepat.” 

Karena itu, sebagai istri paling tua, memang seharusnya memimpin mereka semua. Dia bahkan tidak peduli bahwa Lolita, sebagai istri favorit yang menuntut Bagyo tinggal lebih lama di tempatnya.

Hal yang anh akhir akhir ini bahwa  dia sering merangkul Meilan yang ingin selalu menang dan memaksanya  itu menjadi tunduk pada aturannya. 

Sebaliknya, Meilan dalam hal tertentu tidak berani dengan Tumini karena dia sewaktu-waktu bisa berubah seperti seekor Singa meskipun lebih banyak berlaku seperti seorang Ibu yang paling baik di Dunia ini.

Keadaan yang berubah cepat dan akhirnya Bagyo jatuh sakit beberapa lama, sehingga hampir semua bisnisnya jatuh dan kurang terurus.
Sesampai di Hongkong, benar saat itu keadaan yang menjadi kacau di dapatkan Tumini, karena tiga kafe milik Helena telah di gusur habis, dan yang menghasilkan hanya sebuah Mini Market saja.
Yang dipikir berat Tumini adalah Helena yang mandiri ternyata terlibat hutang sangat banyak, dan setelah meneliti masalahnya, akhirnya Tumini pada saat yang mencekam itu, dia bertindak cepat, dan melunasi seluruh hutang itu karena sebagian besar disebabkan 
perubahan peraturan di setempat.

Malam mereka bersama, berfikir mencari solusi. Dan Pikiran Tumini sangat tajam, “Bagaimana kalau persewaan kapal itu kita alihkan di sini?”
Meilan yang pertama menyahut, “ Ya ..! Aku setuju ..! Habis sekarang di sana hampir tidak menghasilkan, karena itu lebih baik di pindah kesini kalau bisa berkembang..!”

Sebuah gagasan yang belum tentu baik, karena sesuai kesepakatan, maka mereka melakukan survei untuk itu.
Hampir satu minggu mereka berkeliling keseluruh tempat dan belum membawa hasil. Tetapi, saat mereka kelelahan dan beristirahat di sebuah Kafe, bertemu Nyonya Liu, pengusaha kaya di tempat itu. 

Dia bercerita memiliki persewaan kapal yang sedang baik, dan saat ini bermaksud membeli lagi sebanyak sepuluh lagi. Tetapi, meskipun membeli baru, maka datangnya baru tahun depan karena mereka masih membuatnya.

Dan saat itu sperti serentak mereka bertiga mendekat ke Nyonya Liu dan berharap, untuk mau menggunakan kapalnya.  Nyonya Liu berfikir keras, hal yang biasa seorang pengusaha, selalu rinci untuk mengambil keputusan. Karena itu mereka di undang kerumahnya yang besar dengan penjagaan ketat, dan mereka beruding untuk itu.
Helena yang cerdas dalam perhitungan bisnis, segera membuat perhitungan yang lebih detail bersama Meilan, karena Nyonya Liu hanya ingin menyewanya selama lima tahun dengan harga tertentu.

Helena menghela nafas setelah membuat hitungan, dan itu disampaikan pada mereka. Sebuah nilai yang wajar daripada di usahakan sendiri karena Nyonya Liu mau menanggung pemeliharaan kapal itu dan di tangung tetap ter jamin keadaannya.
Tumini, sebagai pemutus terakhir, maka berkata pada mereka. “Sebaiknya ini diberikan, karena saat sekarang bisnis persewaan kapal juga sedang sepi, sehingga nanti kita masih memiliki simpanan yang cukup besar” katanya.
Helena dan Meilan saling pandang, dan akhirnya mereka setuju dengan membawa empat kapal itu untuk segera dikirim.
Entah karena apa, malam  itu hanya telepon Tumini yang bisa diterima Bagyo, dan meminta kapalnya untuk segera di kirim, tetapi di susul suara Lolita, dan dia meminta untuk membawa miliknya juga.
“Mbak Tumini, tolong punya ku juga di bawa, karena hampir semua bisnis Mas Bagyo sedang sepi” katanya.
Bagyo yang merasa sangat sayang pada istri favoritnya, langsung mengambil alih, dan meredakan suasana itu.

Siang itu Meilan di tunjuk Oleh Tumini untuk meninjau Mini Market milik Helena, dan mereka segera memperhitungkan nilainya jika di jual. Dan memang ada yang ingin membeli dengan harga tertentu.
Tumini sendiri hari itu merunding dengan Nyonya Liu, yang berpenampilan sederhana. Kelihatannya, setelah berbicara panjang lebar, Nyonya Liu merangkul Tumini dan mengelus rambutnya dan berbisik, “Yang sabar..! Sebagai istri tua memang pada saat kritis harus tampil dan menyelamatkan mereka..!”
Diam-diam Tumini minta izin pada Nyonya Liu untuk berinfestasi sehingga jumlah kapal itu menjadi sepuluh.

“Hemm…! Nanti dulu..!”  tampak Nyonya Liu memanggil stafnya untuk menghitung kembali. Itulah gambaran sukses pengusaha besar, bahwa segala sesuatunya benar-benar di hitung dengan jeli.
Tampak Nyonya Liu bersama stafnya berhitung untuk tempat-tempat yang menjamin kelangsungan investasi itu, setelah membaca tiga alternative perhitungan mereka. Karena itu akhirnya Dia tersenyum dan setuju menerima investasi dari Tumini.

Sebuah pertemuan sore itu memang tidak biasa, dan mereka bertiga lebih ceria dari hari biasanya. Itu semua karena kapal yang di kirim Bagyo telah datang dan diterima oleh Nyonya Liu dengan senang hati karena memang sangat pantas untuk di sewa.
Tumini segera menelpon ke stafnya di Jawa, untuk segera membangunkan kamar lagi sebanyak enam kamar sesuai rencana sebelumnya. Dan Kali ini Tumini sangat tegas, bahwa perintah itu harus selesai dalam waktu satu bulan.

Ketika menelpon Lolita, maka Tumini menyuruh untuk memeriksa rekeninnya, agar tahu bahwa bagiannya telah di transfer.
“Terima kasih Mbak…!  Sudah saya lihat, semua jumlahnya telah saya cetak dan ini benar-benar membantu karena hampir semua bisnis Mas Bagyo jatuh..!” katanya dengan sangat gembira.
Dan mereka, Tumini, Meilan, Helena dan anak-anaknya sore itu sengaja mencari pemandangan di pantai untuk melepaskan lelah. 

Benar bahwa Mini Market milik Helena telah laku, dan Tumini telah memiliki pandangan sebuah tempat yang strategis di Jawa.

Disela-sela itu, Helena bertanya, “Mengapa Mbak Meilan sering bertengkar dengan Mbak Tumini?”
Tumini hanya tersenyum karenanya dan mencubit Meilan yang sedang cemberut itu. “Aduh…Sakit…!’ Katanya.  
Mereka memang sedang bergembira saat itu, dan sesuai dengan rencana, maka Helena dipaksa oleh Tumini untuk pindah ke Jawa, karena bisnisnya memang kurang baik akibat ada peraturan baru.

“Lalu….! Siapa yang menjadi Istri favorite selanjutnya?”

Itu adalah bahan tertawaan mereka bertiga saat di kafe dan kenyataannya mereka semua menjadi rukun.
Berita dari Tumini lagi-lagi membuat Bagyo menyesal karena selama ini telah mengabaikannya. Karena itu, ketika itu Bagyo baru sembuh dari sakitnya, menyempatkan memeriksa kamar baru yang di siapkan Tumini untuk tinggal bersama. 
Lolita berkeliling memeriksa kamar-kamar itu dengan semua anak mereka. Kamar itu telah selesai dengan delapan kamar dan tambah satu kamar sangat besar. 

“Ayah… Mama kapan pulang?”  "Besok… ya besok kita jemput ke Bandara. Ikut apa tidak..!”  “Ikut…!"  serentak mereka berteriak dan mereka sangat gembira.

Dan kepulangan mereka disambut di bandara bersama Lolita si cantik Istri favorit nya.

Seorang figure Tumini ternyata mampu tampil memimpin mereka, melerai pertikaian dan akhirnya keluarga kembali kerumah menjadi satu dan bisnisnya semakin sukses.

Sekian, Terima kasih telah membacanya!
djokobiz

Tidak ada komentar :